Masih layakkah hari lahir Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.

Masih layakkah hari lahir Ki Hajar Dewantara diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional.


Generasi milenial mungkin ada yang belum mengetahui kalau Taman Siswa adalah nama sekolah yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara pada tanggal 3 Juli tahun 1922 di Yogyakarta (Taman berarti tempat bermain atau tempat belajar, dan Siswa berarti murid).

Adakah yang tau kondisi perguruan taman siswa sekarang, ini adalah artikel tahun 2012 yang menulis bahwa 300 sekolah perguruan taman siswa mati suri karena kekurangan dana, baca selengkapnya di sini :
https://edukasi.kompas.com/read/2012/05/02/21042475/300.Sekolah.Perguruan.Tamansiswa.Mati.Suri?page=all

Berikut adalah hari lahir Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, lahir di Pakualaman, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun. Dan tanggal lahir Ki Hajar Dewantara atau disingkat KHD hingga kini diperingati sebagai hari pendidikan Nasional.

KHD adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Jika melihat prestasinya layakkah tanggal 2 Mei diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional?

Lalu, jika tanggal 2 Mei tak layak diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional, tanggal berapakah yang layak diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional? Yaitu tanggal 1 Agustus, Perlu diketahui bahwa 1 Agustus 1868 adalah hari lahir Muhammad Darwis atau lebih dikenal dengan Kyai Haji Ahmad Dahlan. Ya, dialah pendiri organisasi Muhammadiyah.

Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).

Amal usaha Muhammadiyah masih berdiri kokoh hingga sekarang, bahkan terus berkembang seiring perkembangan zaman, terbukti hingga kini jumlah SMA/MA/SMK Muhammadiyah adalah sebanyak 1143 sekolah dan Jumlah Perguruan Tinggi Muhammadiyah adalah sebanyak 172 Perguruan Tinggi.

Kiai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1 Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun) adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Dia adalah putra keempat dari tujuh bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu.

Jika hari ini anda di suruh memilih untuk menyekolahkan anak, jika hanya ada dua pilihan sekolah antara taman siswa dan Muhammadiyah, anda akan pilih mana? Saya yakin anda pasti lebih memilih sekolah Muhammadiyah.

Sejarah tidak bisa dibohongi bahwa Muhammadiyah adalah trendsetter pendidikan Nasional dan taman siswa adalah followernya.

Tulisan tidak bermaksud mendiskreditkan pihak manapun, ini hanyalah cara berpikir saya pribadi yang dimuat dalam bentuk tulisan, bahkan sejarawan Ahmad Mansur Suryanaga pernah menulis masalah serupa pada Buku Api Sejarah 1.

Terima kasih, semoga bermanfaat.

Soffa Mustoffa.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pelatihan Vokasi Industri Berbasis Sistem 3-in-1 Digital Marketing : Mendorong Kemajuan Pemasaran Digital di Indonesia

5 Tips Memilih Jasa Travel untuk Perjalanan Liburan Keluarga di Purbalingga